Tanggamus, – Hari ini tepatnya 28 Oktober merupakan hari Sumpah Pemuda, Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Dalam Sumpah Pemuda telah menghasilkan keputusan yang menegaskan cita-cita akan “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini diharapkan menjadi asas bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan.
Sedangkan adat istiadat adalah tata laku, tata cara, didalamnya ada nilai-nilai kebaikan yang turun-temurun dan kekal dari generasi satu ke generasi lainnya sebagai warisan, sehingga integrasinya kuat terkait dengan pola perilaku masyarakat. Adapun secara etimologi, kata adat asalnya dari bahasa Arab, adah yang berarti kebiasaan atau cara. Jadi, dapat diartikan bahwa adat ialah perbuatan yang berulang sehingga menjadi kebiasaan yang mesti dipatuhi masyarakat pada suatu lingkungan, Maka dari itu Adat dan pemuda merupakan aset Bangsa yang Harus dijaga dan jangan sampai disesatkan, Ujar Muhammad Bindarsyah Humas Sekala Brak Kepaksian Pernong Wilayah Tanggamus berasal dari Pekon Bandar Negeri Semuong.
Muhammad Bindarsyah yang biasa disapa Bindar merupakan Humas Sekala Brak Kepaksian Pernong Wilayah Tanggamus, mencoba untuk menanggapi pernyataan dari seorang pemuda yang bernama Bambang yang menyebut dirinya pemerhati budaya. Yang namanya pemerhati dipastikan menempatkan dirinya pada posisi netral.
sedangkan Bambang dengan penuh emosional membela Dang Ike dan seolah Wakil Panglima Penggitokh Alam wilayah Tanggamus dianggapnya Salah.
Terkait keberadaan Panglima dan Wakil Panglima yang ada didalam perangkat adat. Adat ini ada sekedaw nya, yang memiliki dan mengangkat para Panglima dan Wakil Panglima itu adalah Sai Batin, Panglima dan Wakil Panglima ini adalah pimpinan dari para Hulubalang, mereka ini merupakan Garda terdepan yang begitu melekat untuk menjaga keselamatan serta Lapahan Sai Batin dan keluarganya, selain itu peran lainnya adalah menjaga nilai-nilai adat yang dapat merusak sehingga terhindar gangguan-gangguan dari luar yang ingin merubah adat dari aturan dan pakemnya, karena penegakan hukum adat itu salah satunya ada di Hulubalang yang dipimpin oleh para Panglima dan Wakil Panglima. Jadi wajar saja bila Mirza selaku Wakil Panglima Penggitokh Alam wilayah Tanggamus meluruskan penyataan Dang Ike Edwin yang menjadi pemicu perpecahan dan polemik besar didalam adat, karena Panglima dan Wakil Panglima itu adalah seorang pemberani dan ikut bertanggung jawab didalam adat. Mengenai kalimat “Perang”, kalau dulu perang nya fisik dengan fisik, tapi kalau sekarang berbeda, perang nya itu untuk menegakkan aturan dan Tata Titi adat yang berlaku, inilah karakter dari para Panglima dan Wakil Panglima. Untuk itu kami siap membuka ruang diskusi di Tanggamus bagi para pemuda, kaum intelektual dan masyarakat adat yang ada, agar jangan sampai membuat pernyataan yang tidak subjektif berkaitan dengan adat, Karena sekali lagi Adat dan Pemuda adalah Aset bangsa dan Negara ini.
Berkaitan dengan Kegiatan Suttan Junjungan Sakti Sai Batin Kepaksian Belunguh “Pun Yanuar Firmansyah” yang saat itu didampingi oleh Dang Ike Ike Edwin di pekon Umbul Buah, Kec.Kota Agung Timur, Tanggamus. Ada pernyataan yang tidak berdasar dan cenderung memecah belah, saya meyakini Kepaksian Pernong, Kepaksian Bejalan Diway, dan Kepaksian Nyerupa akan merasa sangat kecewa dan marah, sedangkan masyarakat Kepaksian Belunguh pun tidak akan suka dengan pernyataan tersebut. Apalagi penyampaian tersebut tidak disampaikan langsung oleh Suttan Junjungan Sakti Sai Batin Kepaksian Belunguh “Pun Yanuar Firmasyah”, seolah-olah tanggapan dari masyarakat ketika mendengar pernyataan tersebut kesan nya mengada-ada, tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dang Ike Edwin itu tidak ada kapasitas nya bicara tentang Empat Kepaksian di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Karena Adat itu adalah tradisi bukan kreasi. Meskipun saat ini Dang Ike Edwin ikut serta dalam kegiatan adat di salah satu Kepaksian, notabene masih banyak masyarakat adat yang tidak mendapatkan simpatik dari nya, “Ada apa dengan ini semua??”, “Apakah Dang Ike Edwin belum paham dengan adat??” Seharusnya Dang Ike Edwin sudah banyak paham tentang Tata titi di dalam adat istiadat, Kalau boleh kita jujur dan harus sejujurnya, seorang Dang Ike Edwin pasti sudah pernah mendengarkan cerita dari para orangtua dahulu?? yang kami ketahui Paksi Pak itu memiliki motto Satu Tidak Bersekutu, Pisah Tidak Bercerai. Duduk sama rendah, Berdiri sama Tinggi, itulah yang harus dipertanyakan “Mengapa Dang Ike Edwin seperti tidak memiliki kapasitas dan proporsionalitas di dalam adat??” Terang Bindarsyah.
Disisi lain Mirza Yb Wakil Panglima Penggitokh Alam Wilayah Tanggamus menegaskan “Saya prihatin apabila Kehormatan dari Empat Kepaksian ini menjadi salah arah oleh oknum yang tidak memiliki Tata Titi dan Nilai-nilai adat, tidak hanya dari sisi adat nya, tapi juga dapat memberikan pemahaman yang keliru terhadap Generasi muda yang akan terus berkembang”, Ucap Mirza Selaku Wakil Panglima Penggitokh Alam Wilayah Tanggamus.
Hati-hati kalau bicara adat, adat ini sensitif karna didalamnya ada pakem dan hal yang prinsif.
Di sepanjang pesisir lampung ini, masyarakat adat Saibatin berdiri tegak kokoh menjaga marwah serta nilai luhur yang di estafetkan turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga masih kental tradisi, tata titi nya dijaga, kebesaranya di lestarikan, jadi bukan bicara kreasi, kesana kemari mengarang-ngarang cerita, yang disampaikan Dang Ike Edwin apakah berdasar dan benar adanya? Coba di buktikan karna Dang Ike yang mendalilkan urutan dari Paksi Pak yang tertua hingga yang termuda, dasarnya mendalilkan itu apa? Apakah masyarakat adat mengamini apa yang disampaikannya? Tentu masyarakat yang paham dan tegak lurus dengan prinsipnya mengatakan yang disampaikan itu tidak benar adanya.
Dang Ike menyebut dirinya tokoh adat atau disebut tokoh adat, ini sangat lucu, namanya Tokoh sejatinya menjadi panutan, statemennya menjadi acuan.
Paksi Pak Sekala Brak yang sudah mempunyai sejarah panjang, tegak berdiri penuh semangat kebersamaan dalam harmoni adat budaya, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, malah coba diacak dengan menyebut paksi belunguh yang tertua, ini kan seakan ingin merusak marwah dan kebesaran di Paksi Pak”, pungkas Mirza. (Tim KMI)